Kami merupakan tempat penitipan anak yang membantu dalam pengasuhan dan pendidikan anak dengan pola yang menggabungkan antara pengembangan bahasa anak, pengembangan jiwa sosial dan psikomotorik, kemandirian dan keterampilan dalam suasana yang ceria, dengan dilandasi nilai-nilai keislaman. Nilai keislaman dan kemandirian menjadi bagian yang sangat penting untuk ditanamkan sejak dini sebagai pondasi dasar dalam pengembangan kepribadian anak-anak.

Kami adalah tempat penitipan anak yang berlokasi di Sunter Jakarta Utara berada di lingkungan dengan suasana nyaman serta aman karena terdapat di dalam perumahan dengan dijaga oleh petugas keamanan selama 24 jam. Di dalamnya kami lengkapi dengan fasilitas ruangan ber –AC, tempat bermain dan belajar indoor dan outdoor, ruang tidur terpisah antara bayi dan balita, aneka permainan dan buku bacaan anak serta monitoring CCTV yang dapat dipantau oleh orang tua secara online. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak-anak seakan-akan berada di dalam rumahnya sendiri.

Selain fasilitas yang telah disebutkan diatas, beberapa pembelajaran yang kami berikan antara lain :

1. Anak tidak hanya sekedar dititipkan saja, tetapi juga diberikan pembelajaran dasar seperti latihan menggambar, beberapa permainan dan bacaan edukatif, menonton VCD pendidikan dan VCD Islami, belajar Iqro dasar, cara mengucapkan kata-kata dengan sopan.

2. Anak – anak diajarkan untuk bermain bersama, melakukan percobaan sederhana, bahkan beberapa anak yang awal tidak terbiasa untuk makan nasi, akhirnya bersedia untuk makan nasi.

3. Anak-anak juga diberikan latihan sholat berjamaah dan dibiasakan untuk tidur siang.

Bagi orang tua yang ingin menitipkan putra-putrinya dapat langsung menghubungi kami serta melakukan trial 1 hari sebagai pengenalan awal kepada anak-anak.

Setiap Anak Unik

Ya, setiap orang diciptakan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sidik jari yang dimiliki setiap orang tidak ada yang sama. Pola retina mata setiap orang juga unik, tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari atau retina yang betul-betul identik. Sebenarnya keunikan ini juga berlaku pada hal lain selain sidik jari dan retina mata. Bakat alami misalnya, setiap orang sebenarnya mempunyai bakat alami yang hanya dimiliki oleh dia sendiri, yang berbeda dengan bakat orang lain. Memang terdapat kemiripan dengan orang lain, tetapi sama sekali tidak sama.

Allah menganugerahkan bakat serta kemampuan yang berbeda kepada setiap orang dengan tujuan agar orang tersebut dapat saling berinteraksi yaitu dalam hubungan saling membutuhkan. Jika ada banyak orang yang mempunyai kemampuan yang benar-benar sama, maka seseorang dapat dengan mudah memutuskan tali silaturahmi dengan orang lain. Toh ada orang lain yang sama yang dapat menggantikannya.Bagaimana caranya agar kita dapat mengetahui bakat seseorang? Lalu bagaimana caranya mengelola bakat tersebut? Mengapa kebanyakan orang seolah-olah tidak mempunyai bakat apa-apa?

Hal tersebut diakibatkan dari penanganan yang tidak tepat atas seorang anak. Kasus yang pernah dimuat tentang kisah seorang anak pintar terjadi pada tahun 1930, seperti yang dimuat majalah New Yorker. Terjadi pada seorang anak yang bernama William James Sidis, putra seorang psikiater. Kecerdasan otaknya membuat anak itu segera masuk Harvard College walaupun usianya masih 11 tahun. Kecerdasannya di bidang matematika begitu mengesankan banyak orang. Prestasinya sebagai anak jenius menghiasi berbagai media masa. Namun apa yang terjadi kemudian?

James Thurber seorang wartawan terkemuka, pada suatu hari menemukan seorang pemulung mobil tua, yang tak lain adalah William James Sidis.Si anak ajaib yang begitu dibanggakan dan membuat orang banyak berdecak kagum pada beberapa waktu sebelumnya.

Apa yang terjadi pada William James Sidis? Apakah tidak cukup ijazah Harvard College yang dimilikinya untuk mencari pekerjaan? Sebenarnya hal yang tampak bagi orang lain sebagai bakat yang mengagumkan yaitu matematika, hanyalah salah satu faktor pendukung hidupnya. Masih ada kemampuan lain yang William James Sidis miliki yang tidak sempat diasah karena orang-orang sekitarnya terlanjur memaksanya belajar matematika. Padahal belum tentu William James Sidis menyukai belajar matematika.

Bagaimana caranya agar kemampuan yang lain dapat muncul hingga terlihat bakat-bakat yang dimiliki seorang anak? Dalam berkomunikasi dengan anak tidak cukup hanya dengan bahasa verbal saja, kita juga memerlukan bahasa non verbal, dalam hal ini kemampuan berempati terhadap si anak. Jika kita dapat memahami keinginan si anak secara empati, rasa percaya diri serta kemampuan menentukan pilihan si anak akan tumbuh. Kedua kemampuan inilah yang membuat si anak dapat menunjukkan bakat-bakat dan kemampuannya kepada orang lain. Yang menjadi masalah berikutnya adalah sejauh mana orang tua dapat berempati terhadap anak

 

Jasa Penitipan Anak Islami © 2012 | Developed by Raditya Designer Art - Jasa Buat Web Murah